Misteri “Tokoh Sang Gelap”

TIMAH di Bumi Serumpun Sebalai tetap saja menjadi primadona bagi siapa pun. Tidak hanya masyarakat pribumi atau pun masyarakat luar bahkan Malaysia atau pun Singapura merindukan bijih timah ini. Bak
kumpulan gadis jelita yang sempurna, akibatnya menjadi incaran siapa pun juga, tidak kenal usia, muda, tua atau bahkan kakek-kakek. Pamornya selalu menjadi impian setiap insan, apalagi yang sudah pernah mereguk nikmatnya gemerlap timah. Karena itu, keberadaannya dimana saja selalu dicari dan dirindukan.

Karena itulah, keberadaannya akan selalu menjadi incaran bila tidak sesuai aturan bisa menjadi masalah bagi siapa pun. Apalagi bila tidak ada aturan, tata krama dan sistem yang jelas. Karena masing-masing orang merasa berhak dan bisa memiliki atau pun mencicipi kumpulan ‘gadis-gadis jelita’ ini.

Itulah gambarannya sederhana yang dimiliki timah, baik pasirnya atau pun batangnya. Karena banyaknya peminat dan pemburu komoditas ekspor ini membuat keberadaannya selalu dikerubuti ‘semut’. Baik yang secara terang-terangan atau pun sembunyi-sembunyi. Meski pun terang itu lebih baik, tapi masih banyak yang suka yang sembunyi-sembunyi.

Sembunyi dan terang bisa diartikan, terang berarti apa adanya, tapi sembunyi-sembunyi atau di tempat gelap pasti ada apa-apanya dibalik kesembunyiannya itu. Ibarat selingkuh, pasti dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tapi bila dilakukan terang-terangan pastilah pelaku ini luar biasa, pasti ada sesuatu di dalam dirinya.

Meski agak berbeda, selingkuh dan penyelundupan memiliki sedikit kesamaan, sekali terbongkar, ada yang mengakui secara terus terang, ada yang berkilah atau pun cuci tangan. Bahkan bila bisa tidak mengakui ada hal itu, apalagi bila yang tertangkap adalah kaki tangannya atau penjaganya. Jadi apakah penyelundupan sama dengan perselingkuhan? Tentunya berbeda dalam studi kasusnya tapi sama akibat yang harus diterimanya yaitu tidak akan dipercayai orang, dianggap tidak bermoral dan menyalahi aturan.

Itulah, tantangan bagi penyelundup dan perselingkuh, bak petualang, mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi, dengan berbagai macam strategi, dari yang canggih hingga sederhana agar kelakuan mereka tidak diketahui orang lain. Maka mereka kadang profesional dalam menentukan strategi dan menikmati kesempatan dalam kesempitan tersebut. Meski biasanya seperti ibarat pepatah ‘bangkai busuk lama-lama pasti akan tercium bau busuknya’. Maka mereka bila kelakuan mereka terendus, mereka dengan cepat mengaburkan ataupun menyelamatkan mukanya. Bahkan biasanya, pelaku sudah menyiapkan akibatnya.

Tentunya, penyelundupan tidak bisa dilakukan seorang diri, tapi pasti ada aktor intelektualnya, ada cukongnya, ada penadahnya dan ada beking atau yang melindunginya. Karena tidak mungkin dilakukan secara individu pasti ada jaringannya. Bagaimana jaringan itu terbangun, semoga waktu bisa menjawab hal itu.

Kita tidak akan membahas sistemnya, tapi bila ada yang sengaja melakukan penyelundupan, tentu itu sudah jelas aturannya. Siapakah tokoh gelapnya dibalik itu? Kata orang bijak biarlah ‘Sang Tokoh Gelap’ ini dikejar oleh ‘Sang Surya’ agar si Tokoh Gelap yang selalu berlindung di balik ketiak pengawalnya ini bisa nampak alias ketahuan, sehingga tidak ada lagi ‘Sang Tokoh Gelap’ ini. Amin!

Tinggalkan komentar